Oleh
Deni Kurniawan As'ari | Guru PPKn MTsN Kota Cimahi
www.mgmpppknmtsjabar.or.id, | Kusnadi atau biasa dipanggil Engkus, beberapa waktu lalu menjadi sosok yang cukup dikenal di kalangan guru PPKn MTs Jabar. Ia terpilih sebagai Peserta Terbaik I versi peserta dalam kegiatan Diklat Pelatihan Jarak Jauh yang diadakan oleh Balai Diklat Keagamaan Bandung. Lahir di Sukabumi pada 10 Januari 1986 dari pasangan Abas (Alm.) dan Omah (Ibu Rumah Tangga). Engkus kecil memiliki cita-cita yang begitu tertanam kuat yakni ingin menjadi pekerja kantoran.
"Saya paling bontot dari 6 bersaudara. Dulu ketika saya masuk sekolah, berjalan normal
seperti anak-anak yang lain. Namun ketika saya duduk di kelas 4 SD terjadi musibah pada
keluarga. Ayah mengalami kecelakaan sampai akhirnya tidak bisa berjalan dan tidak bekerja lagi," ujarnya mengenang.
Kenyataan pahit tersebut musti ia terima dengan ikhlas sembari mulai berpikir keras. Bagaimana caranya agar tetap bisa bersekolah
ketika orang tuanya sudah tidak lagi bekerja. Engkus ingat betul saat itu yang
masih bersekolah adalah dirinya dan dua kakaknya. Alhamdulillah, ada memberi
jalan. Tetangganya menawarkan pekerjaan kepada Engkus untuk membeli minyak
tanah di dirigen yang berisi 25 liter.
"Akhirnya saya membawa drigen kosong setiap mau berangkat sekolah dan menyimpannya di warung yang menjual minyak tanah. Kebetulan lokasinya dekat dengan sekolah. Kemudian saat pulang sekolah itu saya ambil drigen tersebut yang sudah ada isinya dan membawanya dengan cara dipikul," papar Engkus.
Pekerjaan
itu dilakukannya setiap hari. Mulai dari kelas 4 sampai lulus SD. Jarak
antara rumahnya ke sekolah kurang lebih 1 Km. Engkus
diberi upah sebesar Rp. 500,- Uang tersebut ditabung dan digunakan untuk
membiayai sekolah sampai akhirnya lulus. Bahkan saat libur pun
kadang-kadang ia kerja kuli di kebun orang lain untuk menambah biaya sekolah
dan itu terus berlanjut sampai bersekolah di MTs dan MA. Saat duduk di
bangku sekolah inilah Engkus aktif dalam kegiatan pramuka. Menurutnya pramuka
itu telah banyak mengajarkan dirinya untuk belajar mandiri, berbicara di depan
umum, berorganisasi, dan lainnya.
Prestasi
Engkus saat sekolah begitu membanggakan. Ketika di SD selalu mendapat rangking
kelas antara peringkat 1, 2, atau 3. Bahkan ketika kelulusan ia ditetapkan
sebagai peringkat pertama. Begitu pun saat di SMP Engkus menunjukkan ketekunan
belajarnya dengan berhasil masuk 3 besar (Kelas 8 peringkat 1). Saat MA
sejak kelas 10 sampai lulus langganan peringkat 1 dan akhirnya mendapat
beasiswa dari sekolah sehingga selama di MA nyaris tidak keluar biaya. Saat di
MA inilah dirinya mendapat kepercayaan sebagai Ketua OSIS.
Jalani,
nikmati, dan syukuri itulah motto yang selalu ia pegang erat dari dulu sampai
sekarang. Suami dari Siti Shopia Tunida dan ayah dari Afkar Nadzief Al
Aqily, Balqis Nadziefatul Aqila, dan Bilqis Nadziefatul Aqila itu
temasuk yang senang bermain sepakbola. Nilai yang ditanamkan orangtuanya adalah
kejujuran dan orang tua selalu bilang, "Jangan pernah tinggalkan
Sholat".
Berbeda
saat di SD-MA. Pada saat kuliah prestasinya tidak menonjol dan tidak terlalu
aktif dalam organisasi. Saat kuliah ia fokus bekerja sebagai guru honorer di
MA-nya untuk membiayai kuliahnya. Perjuangannya terus berlanjut. Biaya
kuliah ia tanggung sendiri dan tanpa mengandalkan pemberian orang tuanya.
Ceritanya saat lulus dari MA. Engkus dipanggil oleh kepala madrasah untuk membantu di sekolah.
"Tahun pertama saya diperbantukan di bagian administrasi, kemudian setahun kemudian dimasukan sebagai tenaga pendidik, karena di madrasah saat itu kekurangan guru. Dari situ saya termotivasi untuk melanjutkan kuliah," kenang Engkus.
Alhamdulillah, berkat motivasi dari guru-gurunya, ia kuliah pada program studi PPKn, karena waktu itu ia mengajar PPKn. Pada tahun 2010 Engkus berhasil menyelesaikan kuliah S1. Dua tahun kemudian tepatnya tahun 2012 ia melanjutkan kuliah S2 Program Studi Magister Manajemen.
Pada tahun 2014 Engkus sempat galau. Saat itu memiliki dua pekerjaan sekaligus, selain jadi guru juga menjadi Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Dinas Sosial dan berjalan sampai 2018. Di pertengahan 2018 ada aturan tidak boleh rangkap pekerjaan, sampai akhirnya ia dipanggil untuk memilih.
"Akhirnya saya mantap memutuskan untuk memilih jadi guru karena waktu itu saya sudah sertifikasi. Puncaknya menjelang akhir 2018 ada pendaftaran CPNS secara nasional. Saya mencoba mendaftar untuk pertama kalinya dan alhamdulillah lolos. Tahun 2019 diangkat jadi CPNS dan ditugaskan di MTs Negeri 1 Indramayu sampai sekarang," ungkap Engkus sembari tersenyum penuh syukur. Alhasil cita-citanya saat kecil menjadi pekerja kantoran Allah kabulkan. Menjadi guru juga kerja kantoran. Walaupun kantrornya di sekolah.
Engkus sadar betul. Keberhasilannya menjadi PNS tak lepas dari support dan do'a banyak pihak. Orang tua menurutnya sebagai madrasah pertama yang telah menanamkan nilai-nilai agama dan mengajarkan bagaimana menjalani kehidupan. "Berkat do'a tulus dari orang tualah sehingga saya bisa sampai seperti sekarang," terang Engkus.
![]() |
Kusnadi bersama dengan keluarga bahagianya. |
Selain orang tua, menurutnya sosok yang tak bisa diabaikan dalam kesuksesannya adalah isteri tercintanya. Dialah yang selalu mendoakan, mendampingi, dan mendukungnya. Selain itu adalah para gurunya yang senantiasa membimbing dan mendukung menjadi seorang guru.
"Alhamdulillah, atas pertolongan Allah SWT semua perjalanan begitu terasa bermakna dan penuh hikmah. Kuncinya ikhlas, bekerja keras dan tak kenal menyerah saat menghadapi kesulitan," pungkas Sekretaris MGMP PPKn MTs Kabupaten Indramayu tersebut.
****