Oleh Rani Yulia Purwanti, S.Pd. | Peserta PJJ dan Sekretaris MGMP PPKn MTs Kota Bekasi
www.mgmpppknmtsjabar.or.id, BEKASI | Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) PPKn MTs yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan (BDK) Bandung memasuki hari ke enam pada Senin, 15 Agustus 2022. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu Praktik Pembelajaran PPKn. Menurut Dr. Marjuki, M.Ag dalam praktik pembelajaran PPKn tidak menekankan pada pendalaman materi karena para guru sudah menguasai dengan baik. “Akan tetapi bagaimana cara menyampaikan materi tersebut melalui berbagai model, metode serta pendekatan pembelajaran. Itu yang terpenting,” ungkapnya.
Peserta
dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari kelompok kelas 7, 8, dan 9. Setiap kelompok diwakili 2 orang peserta. Kelas 7 diwakili Eneng Eli
Maryam dari MTsN 3 Bandung dan Ahmad Nuryaman dari MTsN 2 Subang. Adapun kelas 8 yaitu Irfan
Fachrurozi, S.Pd. dari MTsN 1 Garut dan Olih Solihat, S.Ag dari MTsN 1 Bogor.
Sementara kelas 9 diwakili Iman Noorzaman, S.Pd. dari MTsN 4 Garut dan Iim
Halimah, S.H.
dari MTsN 6 Tasikmalaya.
Sebelum memulai praktik, kegiatan diawali dengan
berdoa yang dipimpin Iman Noorzaman agar kegiatan dapat berjalan lancar,
dilanjutkan dengan ice breaking oleh Tati dengan menyanyikan lagu potong bebek
namun nadanya diganti dengan a-i-u-e-o tiap barisnya agar menambah keseruan dan
menghilangkan kejenuhan. Setelahnya peserta melakukan senam jari untuk
menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan. Setelah ice breaking selesai,
kembali lagi pada kegiatan inti yaitu praktik pembelajaran PPKn. Semua peserta
diberikan kesempatan maksimal 30 menit dalam pelaksanaannya. Teknisnya apabila
yang tampil kelas 7 maka ada pengamat dari kelas 8, kelas 8 oleh kelas 9, dan
kelas 9 oleh kelas 7.
“Coba diamati bapak dan ibu model pembelajarannya seperti apa dan cocok atau tidak digunakan untuk materi yang disampaikan,” ujar Marjuki.Menurutnya semua model pembelajaran itu bagus, artinya tidak ada satu model pembelajaran yang lebih baik dari model pembelajaran lainnya. Model pembelajaran dapat membantu guru untuk mengimplementasikan pasal 40 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS bahwa “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.”
Kegiatan praktik II diawali Iman Noorzaman dengan moderator Kusnadi. Materi yanng
dijelaskan yaitu Bentuk dan Prinsip Kedaulatan dengan menampilkan tokoh-tokoh kedaulatan. “Menurut saya penggunaan video
lebih efektif digunakan berdasarkan pengalaman,” papar Imam. Dalam pemaparannya ia juga menampilkan RPP
serta menjelaskan kegiatan pembelajaran dari mulai pendahuluan, kegiatan inti
dan penutup. Saat sesi diskusi ada tanggapan Ahmad Nuryaman terkait evaluasi apa yang digunakan ketika selesai
kegiatan pembelajaran?
Iman menjelaskan evaluasi yang digunakan adalah lisan dan tertulis serta sudah ada
format penilaiannya sehingga guru tinggal mengaplikasikannya. Kemudian Sandi
menanyakan mengenai cara pembuatan video pembelajaran. “Banyak cara yang
digunakan untuk membuat video pembelajaran tergantung kreatifitas masing-masing
serta penggunaan aplikasi untuk membantu membuat video tersebut,” ungkap guru MTsN 4 Garut tersebut
Berlanjut ke peserta kedua yaitu Iim Halimah
yang menjelaskan mengenai materi Makna Alinea Pembukaan UUD 1945 dengan
menggunakan model pembelajaran discovery learning dan Jigsaw. Di awal ia mencoba mempraktikkan
mengajar seperti di kelas namun ditengah pelaksanaan Iim menjelaskan cara
mengajar dan itupun mendapatkakn dari Yani Mulyani. Tanggapan lain dari Iman bahwa dalam
setiap pembelajaran berdoa itu sangat penting untuk memulai pembelajaran.
Setelah itu narasumber menjelaskan bahwa Jigsaw termasuk ke dalam model pembelajaran,
sedangkan metode adalah cara yang digunakan seperti ceramah, diskusi dan
lain-lain. Jigsaw diperuntukkan untuk materi yang banyak karena di dalamnya ada
tim ahli dalam tiap kelompok untuk mencari informasi mengenai materi yang
ditugaskan untuk tiap kelompok. Agar suasana tidak terlalu kaku, di tengah-tengah
kegiatan Iman membacakan pantun yang memang sudah ditugaskan sebelumnya.
Praktik selanjutnya yaitu dari Ahmad Nuryaman dengan
dipandu moderator Deni Kurnniawan
As’ari. Dalam praktik ini, ia menjelaskan Macam-Macam Norma. Sedangkan model
yang digunakannya yaitu dengan diskusi Peristiwa Publik dan simulasi. Ahmad juga menjelaskan mengenai
bagaimana cara mengajar. Dalam kegiatan inti dijelaskan pembagian kelompok,
menampilkan gambar-gambar yang sesuai dengan norma dalam masyarakat, setelah
itu pengerjaan tugas, diskusi dan presentasi serta mensimulasikan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Setelah menjelaskan bagaimana cara mengajar, Ahmad
mendapat tanggapan dari Rani yaitu menambahkan model pembelajarannya.
“Apabila
dengan menggunakan gambar-gambar maka bisa juga menggunakan model examples non examples,” ujarnya.
Selain itu tambahan pertanyaan dari Sandi
mengenai tips dan teknik mengenal peserta didik yang jumlahnya banyak agar
lebih mengenal karakteristik setiap peserta didik. Menurut Deni diawal semester
biasanya dimanfaatkan guru untuk ta’aruf dengan peserta didik termasuk perkenalan individu di tiap kelas
sehingga kita bisa mengenal siswa satu persatu, akan tetapi itu semua
tergantung pada masing-masing gurunya. Sedangkan menurut Tati butuh energi
untuk mengenal kepribadian dari peserta didik, sama seperti yang dijelaskan Deni
bahwa taaruf terlebih dahulu dilakukan kemudian memberikan permainan.
Berikutnya
Eneng Eli Maryam. Namun sebelum memulai praktiknya ada tambahan terlebih dahulu
dari narasumber bahwa ada tiga model untuk materi norma yang dipaparkan oleh Ahmad
yaitu examples non examples, picture and picture dan make a match. Selain itu
ada satu pendekatan kontekstual materi di kelas bisa dibuktikan di dunia nyata.
Berlanjut ke Eeneng Eli yang menjelaskan pelaksanaan pembelajaran diawali dengan membaca
asmaul husna serta membaca ayat Al-Quran juz ke 30. Materi yang dijelaskan
tentang keberagaman dan model pembelajaran dengan menggunakan gambar. Ada tambahan dari Edwan Septiawan bahwa ada tiga
ranah yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik yang ketiganya mencerminkan
gambaran dari siswa, lalu bagaimana cara pelaksanaanya?
“Penilaian sikap ada pembacaan Pancasila serta kedisiplinan, untuk
pengetahuan yaitu dari materi yang dijelaskan serta keterampilan dinilai dari
kemampuan anak untuk mencocokkan gambar,” ujar Eneng. Selanjutnya ada pertanyaan tambahan dari Kusnadi
bahwa RPP itu biasanya satu untuk semua kelas, akan tetapi karakter setiap anak
itu berbeda maka bagaimana penerapan model pembelajaran di setiap kelas dengan
karakter setiap anak berbeda? Hal ini mendapat jawaban dari Eneng bahwa untuk
kelas yang tidak aktif bisa dengan pemberian motivasi dalam kegiatan
pembelajaran. Sedangkan menurut Deni yaitu dengan merubah metode
pembelajarannya yang disesuaikan dengan kondisi kelas. Artinya pendekatannya secara kondisional. Ada tambahan juga dari narasumber cara untuk
mengenal peserta didik yaitu dengan Quantum Teaching dengan mengkondisikan
kelas untuk mengenal orang.
Olih Solihat yang memaparkan cara pelaksanaan
pembelajaran untuk materi “Kedudukan Pembukaan UUD 1945” dengan model Problem
Based Learning agar siswa mengetahui dan memahami kedudukan pembukaan UUD 1945.
Dalam kegiatan pembelajaran dibuat lingkaran kelompok lalu menyanyikan lagu
nasional kemudian refleksi tiap kelompok.
“Mohon diketahui bahwa Problem Based Learning itu digunaan untuk masalah yang harus dipecahkan
sedangkan pembukaan
UUD 1945 bukan sebuah masalah lagi tapi sudah keputusan final yang tidak dapat
dirubah lagi, “ ungkap Marjuki.
Terakhir
penampilan dari Irfan Fachrurozi. Ia mewakili kelas 8. Berbeda dengan yang lainnya yang hanya menjelaskan bagaimana cara
mengajar di kelas, Irfan mempraktikkan Pembelajaran PPKn karena memang kegiatannya yaitu praktek
pembelajaran. Ilustrasinya Kusnadi sebagai Ketua Kelas dalam kegiatan praktik
tersebut. Irfan mempraktikkan pembelajaran dengan materi “NKRI Sebagai Satu
Kesatuan.” Dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan saintifik dan metode yang digunakan yaitu
discovery learning. Setiap peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap
kelomp[ok diberikan tugas yang berbeda kemudian hasil diskusinya dibuat sebuah
makalah lalu dikumpulkan lewat email fachruroziirfan@gmail.com.
Kegiatan praktik pembelajaran yang dilaksanakan cukup menarik dan mampu
mencairkan suasana disaat peserta sudah jenuh dengan kegiatan ini.
Setelah selesai Teguh menanyakan mengenai penilaiannya
apakah secara langsung atau tidak? Menurut Irfan penilaian dilaksanakan secara
langsung ketika diskusi, untuk sikapnya dilihat dari sikap siswa selama diskusi
mana yang memperhatkan dan mana yang tidak. Sementara untuk penilaian
pengetahuannya yaitu dengan penugasan tertulis dan untuk keterampilannya yaitu
dengan unjuk kerja.
Terdapat pertanyaan tambahan dari Ade Sunardi,
untuk pembelajaran online bagaimana cara pembelajarannya, aplikasi apa yang
dipakai dan kesulitan apa yang dialami?
Menjawab pertanyaan tersebut, Irfan menjelaskan bahwa ketika PJJ pembelajaran melalui grup wa, aplikasi e learning dan menggunakan video youtube serta tidak menyarankan pembelajaran zoom meeting karena terkendala kuota dengan melihat permasalahan ekonomi setiap siswa. Intinya setiap sekolah pasti menerapkan metode yang berbeda dalam hal pembelajaran PJJ disesuaikan dengan kondisi daerah dan juga kondisi ekonomi siswa. Setelah selesai kegiatan praktik kemudian diakhiri dengan pembacaan doa oleh Teguh sebagai ungkapan syukur telah melewati setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam PJJ.
Itulah sekilas tentang kegiatan praktik
pembelajaran PPKn dalam diklat PJJ.
Semoga informasi yang didapat bermanfaat bagi para pembaca
dan bisa mengambil ilmu yang dapat dipraktikkan di semua MTs baik negeri maupun
swasta yang ada di Jawa Barat.
***