Oleh : Badrudin | Guru PPKn di MTs Negeri 3 Bogor
Foto Ms.
Cassandra bersama guru MTs Negeri 3 Bogor
Moderasi beragama
akhir-akhir ini menjadi pembahasan yang sedang mengemuka dilingkungan
masyarakat kita, termasuk dilingkungan guru madrasah. Bagi kami di MTs Negeri 3
Bogor moderasi beragama telah diimplementasikan dengan baik, hal ini dapat
dilihat dan dirasakan antara lain ketika kami kedatangan relawan Peace Corps
Ameraika Serikat untuk mengajar Bahasa Inggris selama 24 bulan (2 tahun).
Peace Corps adalah lembaga
independen pemerintah Amerika Serikat yang menyediakan relawan untuk
negara-negara di seluruh dunia dalam pengembangan Sumber Daya Manusia dalam hal
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja terlatih dan peningkatan kualitas Pendidikan
di Indonesia. Peace Corps mengelola program penempatan relawan pengajar Bahasa
Inggris di sekolah/madrasah yang diusulkan oleh pemerintah Indonesia dan telah
lolos seleksi. Relawan Peace Corps adalah warga negara Amerika yang
mencerminkan keberagaman dari jenis kelamin, usia, latar belakang Pendidikan,
dan lain sebagainya.
Berdasarkan surat nomor
PCID-SBY/2017/04/0238 tanggal 14 April 2017, MTs Negeri 3 Bogor setelah lolos
dalam seleksi administrasi oleh Peace Corps kedatangan tamu relawan bernama
Cassandra Elyse Green. Kesan pertama dari kami ketika awal datang Ms. Cassandra
adalah sosok yang sopan, ramah, muda, menarik, cerdas, supel, walaupun agak
pendiam. Jagung rebus, pisang rebus, kacang rebus, ubi rebus adalah hidangan
pertama yang kami suguhkan sebagai bagian dari ucapan selamat datang. Dan tidak
lupa nasi goreng permintaannya kami sediakan ketika itu untuk sarapan pagi dan
makan malam dengan menu sate bumbu kacang yang juga sesuai dengan pesanannya.
Menu ini mengingatkan kita pada Presiden Barrack Obama yang juga menyukai nasi
goreng dan sate.
Kami menerima kedatangan Ms. Cassandra dengan penuh kehangatan dan rasa gembira disertai dengan harapan yang sangat besar bahwa kehadirannya akan membawa warna dan membawa perubahan kearah yang lebih baik bagi madrasah kami, baik dari sisi kemampuan berbahasa Inggris, kedisiplinan, wawasan keilmuan, kebersamaan, dan hal lainnya yang bernilai positif. Ada hal yang menarik ketika penyambutan Ms. Cassandra karena sekalipun ada senyuman, tawa, keceriaan, tatapan mata dan genggaman tangan yang penuh dengan rasa persaudaraan, semua membaur menjadi satu sekalipun kami memiliki perbedaan agama, warna kulit, budaya, Bahasa, dan sebagainya, kami berusaha untuk mampu berbahasa inggris agar mampu berkomunikasi dengan baik, namun kami sebagian besar tidak memiliki kemampuan itu. Walau demikian kami semua ingin mengatakan bahwa kami senang, kami bahagia atas kehadirannya di madrasah kami.
Pada suatu kesempatan,
ketika kami akan melaksanakan shalat dzuhur sambil menunggu hidangan makan
siang tersedia, ternyata Ms. Cassandra memperhatikan cara berwudlu kami dan
shalat kami. Setelah shalat ada dialog yang menarik diantara kami (Cassandra
(C) dan Dudi (D):
C : “Kenapa kalau mau
shalat harus berwudlu terlebih dahulu?”
D : “Karena Islam adalah
agama yang mencintai kebersihan, dan berwudlu adalah cara yang diajarkan oleh
Islam ketika ingin menghadap Tuhannya dalam keadaan bersih dan suci. Maaf, apa agama
kamu Cas?”
C : “Saya bukan Islam,
saya bukan Kristen, saya bukan Hindu, atau lainnya…”
D : “Tapi, kamu percaya
Tuhan?”
C : “Ya, saya percaya
Tuhan. Saya punya teman, dia muslim, dia katakan bahwa Islam itu agama
kedamaian, namun di Amerika Islam diidentikan dengan agama yang tidak damai,
maka saya tidak suka dengan orang yang “menjeneralisasikan” semua umat Islam
dengan teroris yang telah mengganggu keamanan negara Amerika. Dan saya ingin
belajar tentang Islam.”
Itulah dialog yang menyentuh
hati kami, dan menurut kami ini adalah pintu masuk yang bisa kita manfaatkan
melalui dakwah bilhal untuk membuktikan kepada dunia bahwa Islam benar-benar
agama yang penuh kedamaian. Ketika kita mampu menerima tamu tanpa melihat latar
belakangnya dengan penuh rasa hormat, penuh kehangatan, penuh penghargaan dan memberikan
pelayanan yang terbaik kepadanya, itu adalah sikap yang mencerminkan moderasi
beragama.
Kedatangan tamu adalah berkah bagi setiap muslim. Hendaknya
tetamu-tetamu kita sambut dengan sebaik-baiknya agar pahala yang kita terima
adalah pahala yang sebaik-baiknya. Tamu yang datang berkunjung ke tempat kita ada
kalanya datang sendiri dan ada kalanya memang kita undang. Kedua-duanya
hendaknya diterima dengan baik. Rasulullah SAW adalah contoh teladan penerima
tamu yang baik. Menerima dan memuliakan tamu merupakan bagian dari tanda
keimanan, Rasulullah SAW juga memberikan teladan dengan selalu tersenyum ketika
berbicara (HR. Ahmad no 20742). Beliau dikenal sebagai orang yang paling banyak
senyumnya, sebagaimana hadits dari Abdullah bin Al Harits bin Jaz`i dia
berkata; “Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumannya
selain Rasulullah SAW.” (HR. Tirmidzi no 3574). Senyum kita melapangkan hati
tamu dan membuat mereka merasa terhormat dan dihargai. Sapaan yang hangat akan
lebih mencairkan suasana sehingga pertemuan menjadi lebih hangat dan akrab. Dari
Abu Suraih Al Ka’bi bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan
malam.” (HR Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah). Nabi Muhammad sendiri suka
memberikan hidangan kepada tamu-tamu beliau.
Terhadap tamu non muslim pun Rasulullah SAW menjamunya. Dari Abu
Hurairah berkata, “Seorang kafir datang bertamu kepada Rasulullah SAW. Maka
beliau memerintahkan untuk mendatangkan seekor kambing untuk diperah, orang
kafir itu lalu memimun perahan susunya. Lalu diperahkan dari kambing yang lain,
dan ia meminumnya. Lalu diperahkan dari kambing lain lain, dan ia meminumnya
lagi, hingga menghabiskan susu dari tujuh kambing. Keesokkan harinya orang itu
masuk Islam. Rasulullah SAW menyuruh agar kambing beliau diperah. Dia pun minum
air susunya, kemudian beliau memerahkannya lagi namun dia tidak sanggup
menghabisinya. Sehingga Rasulullah SAW bersabda: “Seorang mukmin minum dengan
satu usus sedangkan orang kafir minum dengan tujuh usus.” (HR. Malik no 1443).
Dari hadits-hadts diatas kita dapat melihat bahwa ajaran Islam tentang
moderasi beragama sudah ada sejak masa Rasulullah SAW dengan mengajarkan kita
untuk bertoleransi, untuk bisa berhubungan baik, untuk bisa bekerjasama, untuk
bisa menerima siapapun sekalipun dengan orang yang berbeda agama atau karena
perbedaan lainnya. Karena pada hakikatnya kita diciptakan oleh Allah dengan
segala perbedaan yang apabila perbedaan-perbedaan itu bisa kita kelola dengan
baik akan membawa manfaat bagi kehidupan manusia.
Selama 2 (dua) tahun Ms. Cassandra mengajar di MTs Negeri 3 Bogor dia
telah membawa perubahan yang positif dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris
bagi peserta didik, kedisiplinan peserta didik, dan kemampuan berkompetisi
dalam lomba berbahasa Inggris. Dan selama 2 (dua) tahun tinggal dirumah Bapak
Niman (tokoh masyarakat Karadenan) dia telah mampu beradaptasi dengan
masyarakat secara baik. Menarik bagi kami, ketika Cassandra tinggal di
Karadenan dia pernah mengikuti pengajian pemuda, ikut shalat tarawih, ikut
sahur, bahkan ikut shaum sekalipun hanya beberapa hari. Disini kita bisa lihat
bahwa Cassandra pun mampu untuk bertoleransi dan menghargai agama Islam yang
ada disekelilingnya.
Cassandra sangat terkesan dengan Indonesia. Saat ini Cassandra telah
kembali ke negara asalnya, Amerika Serikat dan telah menyelesaikan Pendidikan
S2-nya disana. Karena saking terkesannya dengan Indonesia, melalui WA Cassandra
menyampaikan niatnya untuk Kembali ke Indonesia dan bekerja di Indonesia.
Kalau nanti Kembali ke Indonesia, jangan lupa mampir ke MTs Negeri 3
Bogor ya Cas!
Semoga bermanfaat.