Tantangan Moderasi Beragama di Tahun 2023

Oleh: Hj. Eulis Sri Rosyidatul Badriyah, M.Pd.I. | Guru PPKn MTs Al Huda Sadananya, Ciamis 

Akhir-akhir ini ramai perbincangan di lingkungan para pendidik, khususnya mereka yang menjadi ASN. Walaupun sesungguhnya untuk dikemenag sendiri program ini sudah bergulir lama, melalui beberapa program, baik penelitian, pengabdian dan proses pembelajaran dalam mensosialisasikannya kepada stakeholder masyarakat sebagai penyambung lidah untuk warganya agar pesan pemerintah berjalan efektif dan efisien.

Bagi saya moderasi beragama ini sangatlah tidak asing, karena sepuluh tahun mondok di Darussalam cukup bagi saya untuk menambah pemahaman tentang hal ini. Bagaimana tidak? Karena Pendiri pesantren ini yakni Allohu Yarham Ayahanda K.H.Irfan Hielmy pada tahun 1975 telah melahirkan Motto Muslim Moderat, Mukmin Demokrat, dan Muhsin Diplomat sebagai upaya memosisikan Pesantren Darussalam untuk semua ummat. Motto ini lahir setelah beliau berdiskusi dengan Dr. Moch. Natsir, yang pada waktu itu menjabat sebagai Presiden Rabithah al-Islami dan ketua Dewan Da`wah Islami.


Muslim Moderat adalah sosok manusia muslim yang dapat bersikap luwes, tenggang rasa, bersolidaritas etis dan sosial, hormat pada sesama, jauh dari sikap angkuh, congkak dan ingin menang sendiri. 


Mukmin Demokrat adalah sosok manusia beriman yang berakar ke bawah dan berpucuk ke atas. Pada saat dia di panggung kekuasaan dia tidak melupakan rakyat yang telah membesarkannya, begitupun saat dia turun dari panggung kekuasaan dan harus kembali dengan rakyat, dia tidak putus semangat dan tidak patah harapan.


Muhsin Diplomat adalah sosok manusia yang mencintai kebajikan, keindahan, sopan santun, dan berakhlak mulia. Ia akan selalu mengedepankan sifat-sifat yang baik dan terpuji dalam menghadapi berbagai persoalan hidup dan kehidupan.

Adapun K.H Irfan Hielmy pernah menulis ada sembilan upaya mencetak santri sebagai Muslim Moderat, Mukmin Demokrat, dan Muhsin Diplomat, yakni:

1.      Dakwah Salafiyah: Mengajak santri kepada jalan yang ditempuh oleh para pendahulu yaitu para ulama salaf, dengan berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah Rasul.

2.      Thariqat Sunniyah: Mengajak santri agar terbiasa mengamalkan al-Sunnah yang suci (as-Sunnah al-Muthahharah) dalam segala hal (ibadah mahdlah dan ghairu mahdlah) teristimewa dalam akidah dan ibadah.

3.      Hakikat Shufiyyah: menjadikan santri sebagai pribadi yang berjiwa suci dan kalbu yang bersih, serta membiasakan amal yang didasarkan pada akhlak yang mulia dan cinta di jalan Allah (fillah).

4.      Hai`ah Siyasiyyah: mengajak santri untuk memiliki bekal intelektual sehingga mampu mereformasi hukum di dalam (hukum yang Islami) dan melepaskan penalaran ke arah shilahul ummah al-Islamiyyah dengan umat lainnya di luar, dan mendidik bangsa dengan keilmuan, keperkasaan dan rindu akan nilai kebangsaan yang Islami.

5.      Jama’ah Riyadliyyah: menjadikan santri sebagai pribadi muslim yang tangguh dalam menghadapi berbagai kendala dan cobaan.

6.      Rabithah Ilmiyyah Tsaqafiyyah: mengajak dan menjadikan santri sebagai individu yang mencintai ilmu dan teknologi.

7.      Syirkah Iqtishadiyyah: mengajak dan menjadikan santri untuk sadar dan powerful terhadap kemampuan mengentaskan kebekuan dalam hal perekonomian umat, sehingga umat tidak selalu dalam keadaan tersisih dan terpinggirkan (marjinal) dari lapangan ekonomi.

8.      Fikrah Ijtima’iyyah: mengajak dan menjadikan santri sebagai pribadi yang  memiliki kepedulian tinggi terhadap pengembangan tatanan sosial yang aman, tertib dan sejahtera.

9.      Khusu’: mengajak santri dengan cara memberikan teladan beribadah dengan baik dan benar, khusu` dan tawaddu` sehingga kehadiran Allah senantiasa terasa di tengah-tengah kita.

Maka menurut hemat saya, Sembilan upaya yang dilakukan oleh K.H. Irfan Hielmy ini bisa diadopsi oleh kita sebagai guru dalam rangka mencetak siswa-siswi yang memiliki ukhuwwah holistik (Ukhuwwah Islamiyyah, ukhuwwah washatiyyah, dan ukhuwwah basyariyah) yang dilandasi al-qur`an dan As-Sunah, ijma` para ulama dan pedoman ushul fiqh lainnya dalam bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara demi terciptanya Indonesia sebagai baldatun thoyyibatun warobbun ghofur melalui proses ta`aruf, tafahum, takaful, tasamuh dan puncaknya adalah ta`awun diantara sesama warga dalam rangka membangun moderasi beragama di lingkungan sekolah salah satunya dimana kita mengabdi dan atau bekerja.

Selamat tahun baru 2023, semoga hari-hari kita lebih baik! Aamiin


Lebih baru Lebih lama