Oleh: Teddy Hermansyah, S.Pd. | Guru PPKn MTsN 7 Majalengka & Sekretaris MGMP PPKn Kab. Majalengka
Tidak banyak orang yang mengenal tentang keberadaan sebuah
komunitas seni dan budaya dengan nama Jatiwangi Art Factory (JAF). Komunitas
ini terletak di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. JAF adalah sebuah organisasi nirlaba yang berfokus
kepada kajian kehidupan lokal pedesaan lewat kegiatan seni dan budaya seperti
festival, pertunjukan, seni rupa, musik, video, keramik, pameran, residensi
seniman, diskusi bulanan, siaran radio dan pendidikan. JAF didirikan pada 27
September 2005. Sejak 2008 JAF bekerja sama dengan Pemerintahan Desa Jatisura
melakukan riset dan penelitian dengan menggunakan keterlibatan kesenian
kontemporer yang kolaboratif dan saling berkaitan. JAF memiliki program
Festival Residensi, Festival Video Residensi dan Festival Musik Keramik.
Ragam Kegiatan di Jatiwangi Art Factory (JAF)
Dalam perbincangan kami dengan nara
sumber JAF Arie Syarifuddin (Alghorie), beliau
menyampaikan bahwa kegiatan JAF tidak
hanya berpusat pada kreasi pembuatan produk dari tanah liat saja, juga berbagai
pertunjukan seni dan budaya yang memang menjadi tujuan dibentuknya JAF
ini. Berikut ragam kegiatan yang rutin diadakan oleh JAF.
1. Festival
Serangkaian festival yang melibatkan seniman dan warga menjadi awal mula kegiatan JAF ini dibangun. Dalam tiga festival berbeda, seniman nusantara dan mancanegara bermukim di salah satu rumah warga di 16 desa di Jatiwangi. Festival Residensi Jatiwangi dilaksanakan setiap tahun dengan fokus pada seni kontemporer. Awalnya bernama Jatiwangi International Performing Arts-in-Residence Festival yang pertama kali diadakan pada 2006 lalu.
Kemudian,
ada Festival Video Desa yang diadakan tiap dua tahun. Residensi dilakukan
selama dua pekan, saat pembuat video berkolaborasi dengan penduduk dan aparat
desa. Dalam prosesnya, penduduk dilatih memetakan masalah dan kejadian
sehari-hari. Video yang mendokumentasikan kehidupan desa lantas diputar pada
akhir festival. Tak kalah menarik, ada pula Festival Musik Keramik yang
diadakan setiap tiga tahun. Festival ini biasanya dibuka dengan Festival Rampak
Genteng yang bertajuk Gerakan Masyarakat Tanah Berbunyi. Peserta Rampak Genteng
melibatkan warga sebagai perampak genteng, peniup suling tanah, penabuh tambur,
penari, dan juga paduan suara yang bersatu dalam harmoni. Seperti namanya,
perhelatan ini berfokus pada musik yang terbuat dari keramik, olahan tanah liat.
Pertama kali festival ini diadakan pada tahun 2012, terdapat lebih dari 1.500
penabuh genting yang menghasilkan irama rancak. Lanjut pada tahun 2018,
pesertanya mencapai 11.500 orang.
2. Forum
Di
sela-sela festival, JAF melaksanakan beragam kegiatan. Forum 27-an misalnya.
Serial diskusi bulanan yang diadakan setiap tanggal 27. Selain penanda tanggal,
nama acara ini mengandung arti lain, yakni forum untuk mencapai dua tujuan. Pertama,
menyelesaikan masalah dan kedua menyasar ke dalam diri sebagai bentuk
introspeksi. Dalam forum, semua warga Jatiwangi bisa datang untuk mengutarakan
pikiran, ide, dan pendekatan dalam berbagai bidang. Yang menarik adalah
bahasannya yang tak hanya fokus pada seni, tetapi juga ekonomi, pendidikan,
hingga politik.
3. Pasar Bulanan
Untuk anak muda,
ada Apamart, sebuah ajang berupa pasar bulanan. Acara ini diadakan dengan
maksud agar anak muda mengembangkan pengetahuan dagang dan menyebarkan jaringan
pertemanan secara langsung.
Uniknya, alat
pembayaran Apamart berupa uang koin dari tanah. Selain gerai pedagang, Apamart
juga diisi pentas musik dan lokakarya untuk remaja. Buntuk kalangan anak-anak, JAF
rutin mengunjungi sekolah-sekolah di Jatiwangi untuk
menggelar lokakarya pembuatan keramik.
4.
Media edukasi dan informasi
Tak hanya rangkaian
festival dan forum, JAF juga
terus memberikan edukasi dan informasi melalui media audiovisual. Ada televisi
komunitas bertajuk JAF TV,
yang menayangkan informasi relevan untuk warga Jatiwangi.
Acara disiarkan
selama sekitar enam jam setiap hari. Terdiri atas program berita, hiburan,
pendidikan, dan acara anak-anak. Ada pula JAF Radio,
yang jangkauan pancaran sinyalnya mencapai radius 50 kilometer.
Dengan pengantar
bahasa Sunda dan bahasa ibu penduduk Jatiwangi, radio ini mengeksplorasi
isu-isu lokal dan kerap mengadakan acara off-air untuk
menjalin hubungan dengan pendengarnya.
5.
Membangun museum
Pada September 2018
lalu, JAF meresmikan Museum Kebudayaan Tanah
untuk melestarikan aset kebudayaan yang berkaitan dengan tanah. Museum ini
tidak hanya untuk menyimpan kenang-kenangan masa lalu, tetapi juga untuk
membuat kenang-kenangan masa depan. Tidak hanya karya JAF yang
bisa disimpan di museum ini, tapi juga karya tentang kebudayaan tanah lainnya. Menariknya,
museum ini dibuka untuk umum secara gratis. Jika Kawan tertarik untuk ikut
ragam kegiatannya baik festival maupun forum, selama pandemi kegiatannya
diadakan secara daring dan luring.
Warga sekitar berharap
bahwa keberadaan JAF tidak hanya menjadi tempat untuk
mengembangkan dan melestarikan seni serta budaya saja, tetapi juga dalam rangka
mengembangkan potensi ekonomi kreatif daerah di kota angin Majalengka karena kita
ketahui bersama bahwa Jatiwangi Art Factory sudah dikenal dan dikunjungi tamu
baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Narasumber :
Arie Syarifuddin (Alghorie) dari Pengelola
Jatiwangi art Factory (JaF)
Rubie Teja
Yuliandry, S.IP (Guru IPS MTsN 7 Majalengka)
Dokumentasi Kegiatan klik dibawah ini :
https://www.youtube.com/watch?v=jF7h60VYKLs&t=29s&ab_channel=MTSN7MAJALENGKAOFFICIAL