Wayang[1]
Apaan sih?
Tanyaku pada jiwa yang bersih
Beribu kali ku coba melupakannya
Yang ada sayangku semakin tumbuh subur bak
padi asia-afrika
Akupun sadar
Aku hanyalah wayang
Dengan suatu peran
Yang ditugaskan Sang Hyang
Dalam pagelaran teater kehidupan
Roudhoh Impian[2]
Aku bilang sama Tuhan
Dalam hamparan hijau roudhoh impian
Didekat makam sang pujaan
Cukuplah dia sebagai anak perempuan
Bagiku yang sedang kasmaran
Akan inginnya memiliki keturunan
Seseorang yang akan dipanggil puan
Senyumku Lahir[3]
Waktu lalu aku merayu sang junjungan
Agar mau mengantarkanku hadir dalam acara
penobatan
Senyumkupun lahir Ketika sang pujaan
mengaminkan
Walaupun aku harus menempuh jalan
Bercerita oprasi aritmatika perkalian kehidupan
Dibalut sentuhan asmara
Diam seribu basa
Dengan selimut tangis bagaikan anak gadis
Yang mengemis-ngemis
Berharap keinginannya ditunaikan sang ayah
dengan manis
Bodohnya Aku[4]
Setengah hari ini
Aku lalui dengan senyum-senyum sendiri
Menertawakan diri yang sok perhatian
untuknya
Menawarkan sesuatu yang aku sendiri tidak
tau
Apakah aku bisa penuhi jawabannya atas
pertanyaanku
Senangya aku bisa penuhi tantangan
pertamanya
Sekejap mata Tuhan berikan petunjuk-Nya
Stage kedua beda cerita
Sebelas kios yang menghubungkan kampus
hijau-biru
Serta sepanjang galuh-batavia
Kami belum menemukan apa yang menjadi
inginnya
Bodohnya aku
Selalu ingin melukis senyum dipipinya