PROFIL PELAJAR PANCASILA DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA

Oleh: Badrudin | Guru PPKn di MTs Negeri 3 Bogor


Dalam pelaksanaan kurikulum merdeka dibagi menjadi tiga bagian, yaitu intrakurikuler, proyek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler yang memerlukan penyesuaian dalam jam pelajaran yang ada untuk bisa memasukan intrakurikuler dan proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Begitu berbedanya antara kurikulum merdeka dengan kurikulum 2013, yang awalnya lebih banyak kegiatan di dalam kelas dan terpaku pada materi atau sebatas teori saja. Namun, kini peserta didik diajak untuk keluar dan melihat situasi yang terjadi di kehidupan nyata, bukan sekedar terpaku pada teks atau buku. Oleh sebab itu, dibutuhkanlah ide-ide yang kreatif untuk membangkitkan cara belajar. Bukan semata-mata untuk meraih hasil yang baik, tetapi juga proses yang terjadi didalamnya. Dalam proses itu, tentu banyak sekali hambatan, rintangan, dan jatuh bangun. Itulah nila-nilai hidup yang dapat diperoleh dan dipetik, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi diharapkan mampu dibagikan dan diterapkan dalam kehidupan selanjutnya, sehingga ketika menghadapi rintangan dan hambatan berikutnya menjadi persoalan yang biasa atau sudah menjadi hal yang biasa.

 

Pendidikan intrakurikuler merupakan kegiatan utama sekolah/madrasah, dengan mengunakan alokasi waktu yang sudah ditentukan. Sedangkan untuk proyek penguatan profil pelajar Pancasila, para peserta didik diajak untuk melihat lingkungan sekitar, menemukan masalah, dan memecahkan masalah tersebut, sesuai dengan kekreatifan sang anak. Peran dari guru adalah untuk mendampingi para siswa dalam melakukan suatu kegiatan atau sebagai tempat berkonsultasi. Sehingga guru tidak lagi terpaku pada teks atau panduan, namun dapat mengembangkan cara belajar dengan pengalaman-pengalaman empiris atau yang terjadi disekitar.

 

Apabila dibandingkan dengan kurikulum 2013, jam pelajaran dalam kurikulum merdeka sangatlah kurang. Jam pelajaran lebih difokuskan untuk kegiatan proyek penguatan profil prlajar Pancasila dan intrakurikuler. Untuk ekstrakurikuler tetaplah sama yaitu dilaksanakan diluar jam pelajaran. Namun, itu tidak menjadi masalah, sebab yang terpenting adalah peserta didik mampu memahami materi dengan konteks zaman dan situasi sekitar.

 

Struktur kurikulum merdeka jenjang PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila didalamnya terdapat Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang dalam pelaksanaannya terpisah dengan kegiatan intrakurikuler, karena bisa dilakukan secara lintas mata pelajaran atau kolaborasi dengan guru mata pelajaran lainnya.

 

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menyampaikan bahwa “Implementasi Pendidikan Pancasila melalui Kurikulum Merdeka mengedepankan proses belajar yang menyenangkan dan relevan sehingga anak-anak kita memahami cara mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari.” (sambutan Mendikbudristek pada acara Pencanangan Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Pendidikan Nasional yang digagas oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila di Ende, Nusa Tenggara Timur, Rabu (1/6/2022).

 

Penerapan mata pelajaran Pendidikan Pancasila ini sebagai komitmen Pemerintah untuk mengimplementasikan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan. “Selain itu, melalui unit kerja Pusat Penguatan Karakter, kami juga mengampanyekan enam profil Pelajar Pancasila sebagai tujuan besar dari pendidikan karakter berbasis Pancasila. Enam profil tersebut diambil dari nilai-nilai Pancasila, yang meliputi beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; mandiri; bergotong royong; bernalar kritis; dan kreatif,” jelas Mendikbudristek.



Profil Pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil Pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik. Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Secara lebih mendetail, karakter Pelajar Pancasila dijabarkan dalam Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari 6 dimensi (berdasarkan Buku Panduan dan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (2021), sebagai berikut:

 

1.     Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.

Peserta didik dengan dimensi profil ini berarti peserta didik tersebut mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya sebagai bentuk religiusitasnya, percaya dan menghayati keberadaan Tuhan serta memperdalam ajaran agamanya yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari sebagai bentuk penerapan pemahaman terhadap ajaran agamanya. Dalam usahanya memperkuat iman dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, peserta didik dengan profil ini juga menghargai segala bentuk ciptaan Nya, baik itu alam tempat ia tinggal, manusia lain, dan yang juga tidak boleh dilupakan, dirinya sendiri. Dengan menghargai hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sendiri, orang lain, serta alam, maka seorang peserta didik dapat memenuhi dimensi ini.

 

Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak Beragama. Dalam elemen ini peserta didik mengenal dan mencintai Tuhan Yang Maha Esa, memahami ajaran agama/kepercayaan, melaksanakan ajaran agama/ kepercayaan.

a.  Akhlak Pribadi. Dalam elemen ini peserta didik mampu menunjukkan ataupun memiliki 1) Integritas (sebagai bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dalam relasi dengan orang lain), 2) Merawat diri secara fisik, mental, dan spiritual.

b.  Akhlak kepada manusia. Dalam elemen ini peserta didik mampu menunjukkan 1) Mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan, 2) Berempati kepada orang lain.

c.   Akhlak kepada Alam. Dalam elemen ini peserta didik mampu menunjukkan 1) Menjaga lingkungan, 2) Memahami keterhubungan ekosistem bumi.

d.  Akhlak bernegara. Dalam elemen ini peserta didik mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

 

2.  Berkebinekaan Global.

Peserta didik dengan dimensi profil ini merupakan peserta didik yang berbudaya, memiliki identitas diri yang matang, mampu menunjukkan dirinya sebagai representasi budaya luhur bangsanya serta terbuka terhadap keberagaman budaya daerah, nasional, global. Hal ini dapat diwujudkan dengan kemampuan berinteraksi secara positif antar sesama, memiliki kemampuan komunikasi interkultural, serta mampu memaknai pengalamannya di lingkungan majemuk sebagai kesempatan pegembangan dirinya. 

 

Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Berkebinekaan Global:

a.  Mengenal dan menghargai budaya. Dalam elemen ini peserta didik mampu 1) Mendalami budaya dan identitas budaya, 2) Mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan, serta praktiknya, 3) Menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya.

b.  Komunikasi dan interaksi antar budaya. Dalam elemen ini peserta didik mampu 1) Berkomunikasi antar budaya, 2) Mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif.

c.   Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan. Dalam elemen ini peserta didik mampu 1) Melakukan refleksi terhadap pengalaman kebinekaan, 2) Menghilangkan stereotip dan prasangka, 3) Menyelaraskan perbedaan budaya.

d.  Berkeadilan Sosial. Dalam elemen ini peserta didik mampu 1) Turut serta aktif, membangun masyarakat yang adil, inklusif dan berkelanjutan, 2) Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan Bersama, 3) Memahami peran individu dalam demokrasi.

 

3.  Gotong Royong

Seorang peserta didik yang memiliki dimensi Gotong Royong berarti peserta didik tersebut mampu berkolaborasi dengan orang lain dan secara proaktif mengupayakan pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang yang ada dalam masyarakatnya. Peserta didik tersebut juga sadar bahwa Ia tidak hidup sendiri, memiliki kesadaran diri sebagai bagian dari kelompok, sehingga perlu ada usaha dari dirinya untuk membantu pencapaian kebahagiaan kelompoknya. 

 

Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Gotong Royong:

a.  Kolaborasi. Dalam elemen ini berarti seorang peserta didik mampu 1) Bekerjasama, 2) Berkomunikasi untuk mencapai tujuan Bersama, 3) Menumbuhkan rasa saling ketergantungan positif (menyadari peran dirinya dan peran orang lain dalam kontribusinya dalam pencapaian tujuan kelompok), 4) Koordinasi Sosial (melakukan koordinasi demi pencapaian tujuan Bersama.

b.  Kepedulian. Dalam elemen ini peserta didik mampu 1) Tanggap terhadap lingkungan, 2) Persepsi sosial (memahami dan menghargai lingkungan sosialnya, untuk memunculkan situasi yang sejalan dengan kesejahteraan lingkungan sosialnya), 3) Berbagi (memberi dan menerima segala hal yang
penting bagi kehidupan pribadi dan bersama) 

 

4.  Mandiri

Seorang peserta didik yang memiliki dimensi mandiri berarti peserta didik tersebut mempunyai prakarsa atas pengembangan diri dan prestasinya dan didasari pada pengenalan kekuatan serta keterbatasan dirinya serta situasi yang dihadapi, dan bertanggung jawab atas proses dan hasilnya. Peserta didik yang memiliki dimensi ini juga mampu mengelola dirinya sendiri (pikiran, perasaan, tindakan) untuk mencapai tujuan pribadinya ataupun tujuan bersama.

 

Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Mandiri:

a.  Pemahaman diri dan situasi. Dalam elemen ini peserta didik mampu 1) Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi, 2) Mengembangkan refleksi diri.

b.  Regulasi Diri. Dalam elemen ini peserta didik mampu 1) Mengelola regulasi emosi, 2) Menetapkan tujuan dan rencana strategis pengembangan diri dan prestasi, 3) Memiliki inisiatif bekerja secara mandiri, 4) Mengembangkan kendali dan disiplin diri, 5) Percaya diri, resilien dan adaptif

 

5. Bernalar Kritis

Seorang peserta didik yang memiliki dimensi Bernalar Kritis berarti peserta didik tersebut mampu menggunakan kemampuan nalarnya untuk memproses informasi, mengevaluasi informasi, hingga menghasilkan keputusan yang tepat untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya. Peserta didik tersebut mampu menyaring informasi, mengolahnya, mencari keterkaitan berbagai informasi, menganalisa serta membuat kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Dimensi ini juga berarti keterbukaan terhadap berbagai macam perspektif ataupun pembuktian baru (termasuk pada pendapatnya semula yang digugurkan oleh pembuktian baru). Keterbukaan ini pun mampu bermanfaat ke depannya karena menumbuhkan peserta didik yang terbuka, mau mengubah pendapatnya, serta menghargai pendapat orang lain. 

 

Elemen dan sub elemen dari dimensi Bernalar Kritis yaitu memperoleh dan memproses informasi dan gagasan. Dalam elemen ini berarti seorang peserta didik mampu:

a.  Mengajukan pertanyaan (untuk mengumpulkan data yang akurat)

b.  Mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengolah informasi dan gagasan

c.   Menganalisa dan mengevaluasi penalaran

d.  Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri.

 

6. Kreatif

Seorang peserta didik yang memiliki dimensi kreatif berarti mampu memodifikasi, menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak untuk mengatasi berbagai persoalan baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk lingkungan di sekitarnya.

 

Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Kreatif:

a.  Menghasilkan gagasan yang orisinal

b.  Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal

c.   Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.

 

Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pendidik perlu mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh sejak pendidikan anak usia dini. Profil Pelajar Pancasila dibentuk sebagai usaha pengembangan Sumber Daya Manusia unggul yang bersifat holistik, dan tidak berfokus pada kemampuan kognitif saja. Karena itu, Profil Pelajar Pancasila juga merupakan suatu capaian dari proses pembelajaran lintas disiplin.

 

Dalam pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Kemendikbudristek telah menyiapkan 7 (tuhuh) tema, yaitu: 1) gaya hidup berkelanjutan, 2) kearifan lokal, 3) Bhineka Tunggal Ika, 4) bangunlah jiwa dan raganya, 5) suara demokrasi, 6) berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI, dan 7) kewirausahaan. Walaupun demikian, guru atau satuan pendidikan dapat mengembangkannya menjadi tema-tema yang lebih relevan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan. Berbagai kegiatan bisa dilaksanakan untuk implementasi Proyek Penguatan Pelajar Pancasila seperti kegiatan sosial-budaya, pentas seni, teknologi ramah lingkungan, pameran hasil kerajinan, pameran produk makanan lokal, kegiatan keagamaan, dan sebagainya.

 

Perlu diingat, bahwa menanamkan nilai-nilai Pancasila bukan hanya melalui proyek, tetapi guru dapat juga menggunakan strategi atau metode lain yang relevan. Inilah sebenarnya substansi dari pembelajaran yang merdeka.

 

Semoga bermanfaat.

Lebih baru Lebih lama