Oleh: Teddy Hermansyah, S.Pd. | Guru PPKn MTsN 7 Majalengka & Sekretaris MGMP PPKn Kab. Majalengka
Ada banyak penganan sederhana yang kerap disantap tapi memiliki makna filosofi mendalam. Terlebih rasanya yang enak dan mudah didapat karena harganya murah meriah. Panganan tersebut dapat kita jumpai melalui aneka jajanan pasar.
Jajanan pasar adalah salah satu budaya Indonesia yang khas di mana penjual menawarkan aneka macam makanan tradisional, basah maupun kering di dalamnya. Kue cikak merupakan salah satu jenis kue basah yang identik sebagai jajanan pasar tradisional di Jawa Barat, khususnya sekitar wilayah Majalengka, Cirebon dan Indramayu. Hal yang paling menarik dari kue ini adalah warnanya yang merah terang sehingga menggoda pengunjung untuk mencicipinya.
Kue cikak dikenal hingga sekarang dan kerap disantap, termasuk oleh warga Majalengka adalah kue cikak (kue ku) atau kue kukuran. Kue ini oleh warga Tionghoa dikenal sebagai simbol panjang umur dan rejeki. Kue ini dibuat mirip cangkang kura kura, warnanya merah terbuat dari tepung ketan, dalamnya isi kacang ijo dan bentuknya elips oval kecil.
Biasanya saat selamatan kue cikak dikirim bersama telor merah. Kue cikak berbentuk
mirip cangkang kura kura berwarna merah mengandung arti panjang umur, merah
mengandung arti kegembiraan menyambut kelahiran dan warna merah juga sebagai simbol
dari tanah, artinya kehidupan harus membumi.
Kue Cikak memiliki penggemarnya sendiri hingga kini. Kue ini bisa
didapatkan di pedagang kue-kue tradisional terutama di pasar-pasar tradisional
di Majalengka dengan harganya yang murah. Kue cikak biasanya dibagikan saat
selamatan 40 hari kelahiran bayi, Kue ini terbuat dari tepung ketan yang
lengket dan manis artinya kehidupan harus menjalin persahabatan dan
persaudaraan yang lengket dan erat.
Dalam rangka
melestarikan kue tradisional khas daerah Majalengka, Cirebon, dan Indramayu tersebut,
MTs Negeri 7 Majalengka melalui guru Bahasa Indonesia mencoba mempraktekkan proses
pembuatan kue cikak dari mulai proses awal sampai dengan akhir, tujuannya agar
siswa lebih termotivasi, terampil dan kreatif dalam melakukan praktek
pembelajaran secara langsung sehingga belajar tidak membosankan. Ide ini muncul
dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Iis Nuraisah, S.HI. Beliau mencoba untuk
mendemontrasikan materi praktek teks prosedural pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas VII A dengan praktek membuat kue cikak.
Pembelajaran praktek ini
mendapat apresiasi positif dari Bapak Kepala Madrasah Dr. Amin Ridwan,
S.Ag.,M.Pd.I. Beliau menyampaikan bahwa sudah seharusnya siswa diberikan kegiatan
yang dapat menambah wawasan keterampilan dan kreativitas yang memungkinkan
siswa lebih aktif, apalagi kedepan kita akan mengkombinasikan dan
mengembangkannya melalui pembelajarn dengan menggunakan kurikulum merdeka.
Besar harapan Kepala
Madrasah agar siswa sebagai generasi muda di masa sekarang memiliki kreativitas
dan keterampilan sebagai bekal dan modal awal mereka dimasa depan. Jangan sampai
kita menjadi penonton di enegri sendiri, apalagi melupakan warisan budaya dan
hasil karya leluhur terdahulu berupa panganan tradisional. Ini adalah salah
satu contoh pembelajaran yang positif terutama dalam rangka melestarikan panganan
tradisonal berupa pembuatan kue cikak yang tentunya harus terus kita jaga dan lestarikan
bersama.
Tutorial lengkap proses pembuatan Kue Cikak dapat ditonton pada video dibawah ini. Selamat menonton, Jangan lupa like, suscribe and comennya.
Salam hangat dari kami MTsN 7 Majalengka.
https://www.youtube.com/watch?v=FpQPnxs4_eI&ab_channel=MTsN7Majalengka