Oleh: Badrudin | Guru PPKn di MTs Negeri 3 Bogor
PENYULUHAN: peserta didik puteri MTs Negeri 3 Bogor saat mengikuti Penyuluhan Kesehatan dan Skrining Kadar Hb |
Setelah
Kartini wafat, karya-karya tulisannya dikumpulkan lalu dibukukan berjudul “Door
Duisternis tot Licht” atau “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku itu sangat fenomenal
lantaran berisi aneka pemikiran Kartini terkait banyak hal, terutama mengenai
cita-cita bagi perempuan Indonesia.
Semangat Kartini untuk membela hak-hak
perempuan dan merintis kemerdekaan harus pula menjadi motivasi bagi setiap
perempuan yang ada di Indonesia, semangat itu antara lain adalah semangat untuk
belajar agar menjadi insan pembangunan yang cerdas dan handal. Untuk menjadi
perempuan yang cerdas diperlukan kondisi kesehatan yang memadai, karena “Akal
yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat” (al Aqlu Salim Fil Jismi Salim
(Petuah Arab) atau “Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat” (Men Sana
In Corpore Sano (sastra romawi kuno). Dari petuah tersebut, kita dapat
simpulkan bahwa kesehatan raga atau tubuh akan berpengarah terhadap akal atau jiwa seseorang, sehingga akan lebih bersemangat
menghadapi kegiatan-kegiatan keseharian dibanding seseorang yang kurang sehat.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh MTs Negeri 3 Bogor untuk mewujudkan perempuan-perempuan yang sehat adalah dengan melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan sekaligus Skrining/Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) pada remaja puteri yaitu pada peserta didik puteri Kelas VII yang dilakukan oleh Puskesmas Karadenan, Cibinong dan Rumah Sakit Islam Aysha, Cibinong Kabupaten Bogor.
Skrining kadar Hb dilakukan
sebagai upaya untuk percepatan penurunan stunting di Indonesia. Karena setelah 77 Tahun Indonesia merdeka bangsa ini masih
mempunyai 24,4 persen anak-anak yang mengalami stunting. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO),
stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan gizi buruk,
terserang infeksi yang berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak
memadai. Seorang anak didefinisikan sebagai stunting jika tinggi badan
menurut usianya lebih dari dua standar deviasi, di bawah ketetapan Standar
Pertumbuhan Anak WHO.
Penyebab stunting menurut
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ada dua, yakni faktor lingkungan dan
genetik. Lingkungan adalah aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga
perawakan pendek atau stunting dapat diatasi. Faktor
lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain status
gizi ibu, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka
kejadian infeksi pada anak. Selain disebabkan oleh lingkungan, stunting dapat disebabkan
oleh faktor genetik dan hormonal. Namun Sebagian besar stunting disebabkan
oleh kekurangan gizi.
Sebuah artikel pada www.padamu.net mengatakan bahwa dampak stunting dibagi
menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang dan juga ada jangka pendek. Jangka
pendek kejadian stunting yaitu terganggunya perkembangan otak,
pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada tubuh. Sedangkan
untuk jangka panjangnya yaitu mudah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit
jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke, disabilitas
pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat
produktivitas menjadi rendah. Artikel tersebut juga mengutip laporan yang
dirilis UNICEF pada tahun 2010, menyampaikan beberapa fakta terkait dengan
stunting dan pengaruhnya, yaitu:
1. Anak yang mengalami stunting lebih
awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat
menjelang usia dua tahun.
2. Stunting yang parah pada anak, akan terjadi defisit jangka panjang dalam
perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal
di sekolah dibandingkan anak dengan tinggi badan normal.
3. Anak dengan stunting cenderung
lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan
dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.
4. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Faktor
dasar yang menyebabkan stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
intelektual.
5. Pengaruh gizi pada usia dini yang mengalami
stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.
6. Stunting pada usia 5 (lima) tahun cenderung menetap sepanjang hidup,
kegagalan pertumbuhan usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh
menjadi wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara
langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang
melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
7. Akibat lainnya kekurangan gizi/stunting terhadap
perkembangan sangat merugikan performa anak. Jika kondisi buruk terjadi pada
masa golden period perkembangan otak (0-2 tahun) maka
tidak dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk dapat pulih kembali.
8. Penurunan perkembangan kognitif, gangguan
pemusatan perhatian dan menghambat prestasi belajar serta produktivitas menurun
sebesar 20-30 persen, yang akan mengakibatkan terjadinya loss generation, artinya anak tersebut hidup tetapi
tidak bisa berbuat banyak baik dalam bidang pendidikan, ekonomi dan lainnya.
Berdasarkan uraian dampak stunting diatas, maka Tindakan pencegahan stunting perlu
dilakukan oleh semua pihak, termasuk oleh madrasah yang didalamnya terdapat
remaja puteri. Biaya pencegahan stunting tentu lebih murah dan
dampaknya tentu akan lebih terkendali, daripada apabila sudah terjadi stunting.
Mengngat pentingnya pencegahan stunting, maka pemerintah telah melakukan
berbagai upaya mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Di tingkat
daerah (kabupaten/kota) pencegahan dilakukan antara lain melaui Puskesmas.
Puskermas Karadenan, Cibinong yang berada dilingkungan MTs Negeri 3
Bogor telah melaksanakan program pemerintah untuk mencegah Stunting berupa
Skrining Anemia pada remaja putri (Rematri) dan Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
pada peserta didik puteri Kelas VII. Skrining dilakukan karena remaja putri
mengalami menstruasi yang menyebabkan remaja putri seringkali kehilangan darah
yang cukup banyak. Kondisi ini, jika tidak diimbangi dengan asupan gizi yang
baik, maka dapat menyebabkan remaja terkena Anemia. Pada kegiatan tersebut
remaja putri diukur tinggi badan (TB), ditimbang berat badan (BB), dan lingkar
lengan atas (LILA), serta dilakukan pemeriksaan Hb. Selain itu, remaja putri
juga diberikan TTD yang dikonsumsi satu kali dalam seminggu di hari yang sama
dan diberikan penyuluhan terkait Pencegahan Anemia oleh pihak RS. Islam Aysha,
Cibinong.
Skrining dilakukan sebagai wujud kesadaran MTs Negeri 3 Bogor bahwa madrasah
bukan hanya wadah belajar yang sebatas mempelajari berbagai pelajaran dan
sesudahnya pulang ke rumah. Namun madrasah adalah juga tempat pembentukan
karakter peserta didik yang salah satunya adalah karakter peduli pada
kebersihan dan kesehatan melalui program pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan madrasah sehat.
Diharapkan melalui usaha-usaha madrasah dibidang kebersihan dan
kesehatan dapat ikut mengoptimalkan pertumbuhan dan kesehatan peserta didik,
sehingga pada akhirnya lahir kartini-kartini yang sehat dan dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Semoga bermanfaat.