Ombak Dilautan[1]
Aku kecewa? Tidak ya
Kenapa? Karena cintaku untuknya lahir
tanpa aku memintanya
Tapi Tuhan yang memberinya dengan jalan
yang seharusnya
Dalam proses yang tidak pernah
terbayangkan sebelumnya
Aku kadang tersenyum
Mengingat perjalanan rasa kita
bagaikan ombak dilautan
kadang ingin menepi kadang ingin menjauh
jika hati lagi lapang bagaimanapun
tingkahlakumu padaku
aku tetap sayang dan memikirkan
kebahagiaanmu
tapi jika pikiran menari-nari dengan
asumsi tertentu
aku tersenyum geli dan kembali berpasrah
kepada-Mu
sebagai hamba, aku sudah siap jika rasa
ini diambil kembali pemilik-Nya
kalaupun tetap bersemayam, aku pun masih
siap dengan konsekuensinya
karena aku yakin
Tuhan tidak akan membebani suatu kaumnya
Kecuali Dia berikan kemampuan untuk
memikulnya
Lagi dan Lagi[2]
Aku sudah siap dengan semua kemungkinan
Setelah aku melepas baju kebesaran yang
menjadi jalan kebersamaan
Sehingga nyata apa yang kudapatkan
Dihari suci nan indah bergema suara
takbiran
Kamu tidak lagi memanggilku dengan sebutan
Yang tidak pernah aku impikan
Tapi kamu menyebutnya dalam empat
kesempatan
Id fitri 1443 hijriyyah yang jadi kenangan
Hari raya qurban
Ketika momen pasca ujian
Dan di miladku yang ke 37 di rumah
pengabdian
Wajarkah aku berpikir
Jika mungkin rasa ini kembali menepi
kepesisir
Membulak-balikan jam pasir
Sembari mengingat kenangan indah yang
telah aku sisir dan aku ukir
Selama dua tahun terakhir
Tuhan
Lagi dan lagi
Aku berserah
Karena Engkau lebih tau apa yang aku
inginkan
Dan aku butuhkan
[1]
Senin dini hari, pukul 02.03 WIB, 1 Mei 2023
[2]
Belum bisa tidur kembali, di senin dini hari, 1 Mei 2023 pukul 2.40 WIB
Jarak[1]
Jauhnya jarak tempat berkiprah
Dekatnya jarak tempat berteduh
Tergantung niat untuk bisa saling
menyentuh
Karena yang jauh bisa menjadi dekat
Dan yang dekat bisa menjauh
Imam Bukhori meriwayatkan
Hadist nabi yang jadi pegangan
Innamal `amaalu binniaat
Semua tergantung niat
Wahai tuan dan puan panutan
Ada banyak cerita
Tentang kesungguhan niat yang kuat
Sekilas mata bak patamorgana
Tapi nyata terasa dalam buaian asmara
Luasnya alas di hutan
Masih bisa dihitung dengan rumusan
Tapi banyaknya alasan
Hanya diri yang bisa menyelesaikan
Hipnotis[2]
Salamnya menghipnotis jiwa yang kering
Menangnya menghipnotis luka yang tak
berdarah
Datangnya menghipnotis rasa yang gundah
Sakitnya menghipnotis tugas yang diterima
Mengawalnya menghipnotis tumbuhnya cinta
yang luar biasa
Mengenalnya lebih dekat menghipnotis
banyak kerinduan
Sampai akhirnya
Namanya bertahta dalam jiwa dan pikiran
Mewarnai satu tahun perjalanan
Dalam gejolak rasa yang diaduk rata
Tidak hanya senyum, tawa dan Bahagia
Tapi ada duka, kecewa dan air mata
Bersalam renyuh di bait do`a
Tuhan
Sang suyet telah melalui proses beta,
alpa, thetra serta delta
Dan sedang merasakan anestesia
Setelah sang terapis melakukan terminasi
Lewat peristiwa yang menguak tabir mimpi
Dari penilaian dhohir indrawi
Bukan dari chat yang tetap memuat emot
hati
Karena apa yang ada dipikiran
Kadang tak seperti apa yang diungkapkan