Mengenal Indonesia (1): Jawa Barat GEDUNG SATE, BANDUNG

Oleh: Badrudin | Guru PPKn di MTs Negeri 3 Bogor

Gouvernements Bedrijven, Bandoeng


Belum dikatakan ke Bandung jika tidak singgah ke Gedung Sate yang merupakan gedung bersejarah dan menjadi ikon kota Bandung saat ini. Gedung yang dibangun pada tahun 1920-1924, arsitektur bangunan ini dirancang oleh tim yang dipimpin oleh Ir. J. Gerber, Eh. De Roo, dan G. Hendriks, serta Gemeente van Bandoeng yang diketuai oleh V.L. Sloors. Dalam proses pembangunannya
melibatkan tidak kurang dari dua ribu pekerja. Konon seratus lima puluh orang diantaranya adalah pengukir batu dan kayu berkebangsaan China yang berasal dari Canton.

 

Gedung ini dirancang dalam satu komplek perkantoran untuk instansi pemerintah (Gouvernements Bedrijven/GB). Saat itu, Gedung Sate merupakan gedung kantor Department Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan) yang di sisi timur lautnya terdapat gedung Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (Pusat Pos, Telegraf, dan Telepon). Gedung Sate mempunyai gaya arsitektur hybrid. Perpaduan antara beberapa gaya arsitektur di beberapa bagian. Gedung ini menggunakan model Rennaisance Italia, desain jendela mengusung konsep Moor Spanyol, dan bagian atap yang mengadopsi arsitektur Asia seperti pura di Bali. 

 

Gedung ini juga dipengaruhi ornamen Hindu dan Islam. Penataan bangunan ini berpola simetris, elemen lengkungan yang berulang-ulang, menciptakan ritme yang indah dan unik. Pada bagian puncak atap gedung, terdapat ornamen 6 (enam) tusuk sate (menyerupai jambu air) yang terbuat dari perunggu dan berfungsi juga sebagai penangkal petir. 6 (enam) tusuk sate ini melambangkan 6juta Gulden (setara Rp 45milyar saat ini) yang digunakan untuk membangun gedung tersebut. 

 

Nama Gedung Sate ini muncul dari masyarakat. Saat itu, warga Bandung kesulitan melafalkan bahasa Belanda saat menyebutkan nama Gedung Sate. Akhirnya, masyarakat memberi nama Gedung Sate berdasarkan ciri khas dari bangunan tersebut. Penyebutan Gedung Sate ini muncul sebelum tahun 1936, terbukti dari buku Perhimpoenan Saoedara yang terbit tahun 1936.

 

Gedung Sate sejak 1980 beralih fungsi menjadi kantor Gubernur Jawa Barat. Sejak saat itu, pembangunan sejumlah gedung lainnya dilakukan. Berbagai perbaikan juga berlangsung dalam beberapa kepemimpinan gubernur. Misalnya, di bawah kepemimpinan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar dibangun museum Gedung Sate yang berada di basemen. Sedangkan di era Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum saat ini, terdapat plaza di bagian depan dan perbaikan taman di belakang. Di halaman gedung sate, kita juga bisa menjumpai monumen yang didirikan untuk mengenang keberanian tujuh orang pemuda yang gugur. Mereka mempertahankan Gedung Sate dari para tentara sekutu yang menyerbu kota Bandung saat agresi militer Belanda pada tanggal 3 Desember 1945.

 

Gedung Sate merupakan salah satu ikon Kota Bandung. Gedung bergaya artdeco ini berada di jalan Diponegoro Nomor 22, Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung. Selain sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Gedung Sate kini menjadi tempat wisata favorit bagi wisatawan yang tengah berlibur ke Bandung.

 

Wisatawan kini tidak hanya bisa berfoto dari luar Gedung Sate. Pada hari libur dan akhir pekan, wisatawan diperkenankan untuk memasuki dan berfoto di halamannya. Sebagai salah satu bangunan kuno yang menjadi landmark kota Bandung, Gedung Sate tentu menjadi objek yang tidak akan dilewatkan wisatawan saat berkunjung ke Kota Bandung. Tidak heran, pada saat musim liburan atau akhir pekan, banyak wisatawan yang memarkirkan sejenak kendaraannya di depan Gedung Sate untuk sekedar berfoto dari luar pagar. Mungkin ada wisatawan yang sungkan masuk ke dalam kawasan Gedung Sate. Hal ini dikarenakan peruntukannya sebagai Kantor Gubernur Jawa Barat. Saat akhir pekan, area Gedung Sate dibuka untuk umum dan pengunjung bisa menjelajahi area Gedung Sate walaupun dalam skala yang terbatas. Terlebih saat ini di dalam Gedung Sate juga sudah dilengkapi dengan adanya Museum Gedung Sate yang menceritakan sejarah pembangunan Gedung Sate dan Kota Bandung.

 

Meski sering kali dijadikan sebagai destinasi wisata, namun masih sedikit yang mengetahui tentang fakta menarik dari Gedung Sate. Berikut ini 5 (lima) fakta menarik Gedung Sate Bandung yang telah dirangkum dari berbagai sumber:

1.  Bangunan proyek pemindahan ibu kota. Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Kota Bandung sebagai ibu kota di negeri jajahannya. Pemilihan kota ini didasarkan pada pertimbangan iklim Bandung yang sejuk plus panorama yang indah. Konon, iklim Kota Bandung saat itu senyaman Prancis selatan ketika musim panas. Bangunan Gedung Sate dulu namanya Gouvernements Bedrijven, termasuk salah satu bangunan yang masuk dalam proyek pemindahan ibu kota dari Batavia. Bangunan induk gedung ini selesai dibangun pada 1924.

2.  Peletakan batu pertamanya oleh seorang gadis. Biasanya peletakan batu pertama dalam sebuah seremonial dilakukan oleh pejabat atau pimpinan tertinggi. Namun, tidak dengan Gedung Sate yang dilakukan pada tanggal 27 Juli 1920, peletakan batu pertama justru dilakukan oleh seorang gadis. Ia adalah Johanna Catherina Coops, putri sulung Wali Kota Bandung B. Coops dan Petronella Roelofsen yang mewakili Gubernur Jenderal di Batavia.

3.  Memadukan arsitektur langgam Timur dan Barat. Berdasarkan data, arsitektur Gedung Sate adalah hasil pilihan Pemerintah Belanda terhadap usul rancangan para arsitek. Saat itu, karya arsitek Ir. J. Berger dan rekan yang terpilih. Pilihan itu tak lepas dari masukan pendapat maestro arsitek Belanda Dr. Hendrik Petrus Berlage. Gaya arsitektur mengarah pada bentuk arsitektur Indo Eropa yang memadukan wajah Timur dan Barat ditopang teknik konstruksi maju dari Barat. Gedung Anggun ini mengingatkan pada gaya arsitektur Italia masa renaisans dan menara bertingkat mirip pagoda.

4.  Enam Butir 'Sate' mengkiaskan Enam Juta Gulden. Biaya enam juta gulden adalah biaya pembangunan Gedung ketika itu dan dilambangkan dengan sejumlah benda bulat yang menyerupai butir 'sate' yang berjumlah enam buah. Banyak spekulasi lain soal bentuk benda bulat yang ditusuk, ada yang menyebutnya sate, jambu air hingga melati yang berjumlah enam buah.

5.  Menggunakan Fondasi Seperti Candi. Fondasi yang digunakan Gedung Sate menggunakan batuan andesit seperti yang digunakan candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

 

Gedung Sate memiliki ornamen pilar dan relung-relung bergaya Eropa yang terdapat di seluruh bagian Gedung. Pada bagian atap digunakan sirap khas Nusantara yang dipadukan dengan konstruksi berangka baja yang menjadikannya sebagai bangunan besar pertama di Hindia Belanda yang menggunakan teknologi ini. Bangunan utama Gedung Sate menghadap ke arah Gunung Tangkuban Perahu di barat, tujuannya agar mendapatkan pencahayaan alami dari sinar matahari di waktu siang hari. Selain itu, Jika ditarik garis lurus akan membentang satu garis lurus imajiner yang menghubungkan antara Gunung Tangkuban Parahu, Lapangan Gazibu dan Gedung Sate. Posisi ini mewakili citra masyarakat Jawa Barat yang biasa bergaul dengan alam.

 

Semoga bermanfaat.

 

-----

Sumber:

https://www.bandung.go.id/news/read/6954/hjkb212-mengenal-gedung-sate-oh-ternyata-ini-asal-usul-namanya

https://news.okezone.com/read/2022/12/24/525/2733483/5-fakta-menarik-gedung-sate-bandung-yang-belum-diketahui-banyak-orang?page=2

https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4855716/cerita-kompleks-gb-dan-fungsi-tusuk-sate-di-gedung-sate

Lebih baru Lebih lama