Cerpen Karya : Adis Beldis Firmansyah, S.Sos | Guru PKn MTs Sabilul Huda Kabupaten Majalengka
Namanya Sena lengkapnya
'Sena Gajayana' nama yang unik menurutku, seperti nama bis kota, gumamku. Dia
Sena teman baru, yang baru ku kenali saat aku registrasi di kampus baru, dua
hari yang lalu. Sena asli dari Garut, kulitnya lebih putih dari aku, mungkin
karena cuaca Garut yang lebih dingin, sehingga Sena kulitnya lebih putih dari ku. Sena anaknya periang katanya dia mantan ketua
OSIS di sekolah SMA nya dulu waktu di Garut. Sena sama dengan ku lolos tes
penjaringan UMPTN di Fakultas Administrasi Negara.
Pagi itu tepat pukul 02.00 WIB, Sena
membangunkan ku. Atas permintaan ku, karena kami akan sama-sama datang ke
kampus untuk mengikuti Orientasi. Bergegas aku ke kamar mandi, selesai
mandi aku memakai baju putih-putih, baju
kemeja putih dan celana panjang putih yang telah aku siapkan kemarin.
Setelah berpakaian rapih kami, bergegas ke
kampus, sekitar pukul tiga pagi waktu itu.
Sampai gerbang kampus terlihat sudah banyak
berlalu lalang calon mahasiswa baru, yang akan mengikuti masa orientasi.
Nampak kaka-kakak dan Abang-Abang Senior,
berwajah sangar, atau mungkin di sangar sangarin supaya kami takut, seperti mata
elang, seolah mengintai kami mahasiswa baru.
Abang adalah untuk sebutan lelaki yang lebih
tua di Kalimantan dan Kakak adalah sebutan untuk perempuan yang lebih tua,
menurut referensi yang ku baca sebelum aku berangkat ke Kalimantan.
Sena Gajayana terlihat culun, menurut ku,
dengan topi caping dan tas plastik besar berwarna Hitam terselempang di
pundaknya.
Terlihat sebagian Abang dan Kakak mahasiswa
senior sedang membuka tas plastik besar, rupanya pemeriksaan barang-barang yang
di bawa oleh mahasiswa baru yang datang duluan.
Kami, aku dan Sena, teman baru ku, mulai
semakin dekat ke pintu gerbang kampus, terdengar suara terikan kakak senior,
tundukan kepala...tundukan kepal...jangan menoleh...rupanya mahasiswa baru di
suruh menunduk, tidak boleh menatap muka senior.
Lebih dekat lagi ke gerbang kampus, perasaan
ku semakin tidak menentu, ada rasa takut dengan bentakan senior yang tadi
terdengar dari kejauhan.
Aku dan Sena di suruh membuka kantong plastik
hitam besar yang aku bawa tadi dari kos-kosan, berisi, kain sarung, kopiah,
alat tulis, roti, dan air mineral 800 mili liter.
Aku dan Sena di bariskan bersama dengan
sekelompok mahasiswa lain, yang entah dari Fakultas apa, yang pasti mereka
masih satu kampus dengan ku.
Tepat di depan pintu utama akses ke Kampus
itu. Kulihat ada beberapa orang mahasiswa yang sedang push up dan yang lainnya
melakukan bending, mungkin sedang di hukum oleh senior, fikir ku.
Nyaliku semakin menciut, jika dapat di lihat
mungkin paru-paru ku kembang-kempis, menahan rasa cemas, jangan -jangan aku
melakukan kesalahan terus di hukum senior.
Teriakan mahasiswa senior, terdengar
memekakkan telinga, baris yang rapih... jangan ada yang mengakat kepala... kata
nya, terlihat samar- samar Kakak senior menggunakan atribut jas biru tua.
Tetaplah pada barisan....jangan
terpisah...teriak mahasiswa senior. Rombongan ku mungkin ada sepuluh orang
waktu itu, kamu jalan lurus dari sini, jangan berbelok dan menoleh, sampai ada
aba- dari kami.
Rupanya satu senior akan mengawal kami ke
kampus yang aku dan Sena tuju. Jarak dari gerbang utama, ke kampus ku, kurang
lebih700meter, itu ku taksir sendiri. Waktu registrasi.
Hari pertama aku mengikuti masa orientasi,
terasa menyenangkan, sekaligus melelahkan, aku dapat teman- teman baru di
kampus, karna tadi siang, ada sesi perkenalan, kemudian sa'at jam istirahat aku
berusaha mengenalkan diri pada mahasiswa lain, dalam fikiran ku, semakin banyak
yang aku kenal di kampus ini, mungkin aku akan merasa nyaman.
Pengalaman baru yang belum pernah aku
dapatkan, tidak seperti dulu waktu aku masuk SMA, masa orientasi kali ini
terasa asing bagi ku, mungkin karna aku masuk ke Universitas Negeri yang
sebelumnya aku sekolah di SMA swasta. Aku masuk Universitas hasil tes seleksi UMPTN.
Suatu kebanggaan bagiku dapat masuk perguruan
tinggi negeri, yang mungkin suatu impian bagi banyak siswa di negeri ini.
Sekolah negeri biyayanya tidak terlalu tinggi, berbeda dengan di Universitas Swasta,
kata ku.
Aku masuk Universitas tahun1998, empat bulan
sebelum jatuhnya orde baru, jadi aku adalah produk dari orde reformasi, dada ku
sedikit membusung karna rasa bangga menjadi mahasiswa produk orde repormasi .
Sesampainya di kampus, Fakultas ISIP, kampus
biru katanya, kenapa disebut kampus biru, entahlah. Mungkin karna jaket
almamater yang ku dapat waktu registrasi berwarna biru.
Abang Senior bernama Erwin, mulai memanggil
satu persatu, nama-nama calon mahasiswa sesuai dengan di list lembaran kertas
berwarna putih.
Selamat pagi adik-adik calon mahasiswa, kata
bang Erwin, kenapa kalian saya sebut calon mahasiswa, karna kalian belum
mengikuti masa orientasi kata bang Erwin lagi, dengan suara yang lantang,
sesuai dengan badannya yang tinggi besar dan berambut panjang. .
Satu persatu nama mahasiswa dipanggil dan di
suruh berdiri, untuk memperkenalkan diri, tiba pada pemanggilan nama ku, aku
berdiri dan memperkenalkan nama dan asal daerah, cita-cita dan motivasi, kenapa
saya masuk Fakultas ISIP. Dengan lantang aku ucapkan semuanya, sesuai
permintaan bang Erwin.
Setelah selesai sesi perkenalan di halaman
depan kampus, semua siswa disuruh masuk ke ruangan yang telah di bagi-bagi oleh
Kaka senior, di ruangan kelas akan di perkenalkan sistim belajar SKS dan
mengenal lingkungan kampus, informasi ini ku dapat sa'at di halaman tadi.
Sesi demi sesi materi orientasi ku lalui,
yang menarik perhatian ku seorang kaka berambut panjang tergerai, memakai jas
almamater berwarna biru tua dan celana jin berwarna biru muda, agak ketat
menurut ku, namanya Mira, Mira Lestari, dari Jurusan ilmu Administrasi
Negara.
Jas biru tua, celana jin berpadu dengan
sepatu sport, terlihat begitu anggun, di mata ku.
Kak Mira ia ingin di panggil, panggil Kakak
"Mira" katanya. Kakak Semester tiga sekarang, ujarnya. Dengan suara
lembut dia menjelaskan bagaimana sistim SKS yang akan di tempuh selama di
Universitas.
Aku membayangkan wajah Mira dan berharap esok
dapat bertemu lagi di kampus, pada hari kedua, masa orientasi.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00,
aku menarik selimutku, dan ku stel weker pada posisi pukul 03.00.