Cerpen Karya : Adis Beldis Firmansyah, S.Sos | Guru PKn MTs Sabilul Huda Kabupaten Majalengka
Namanya Ahmad Sofyan
aku memanggilnya Sofi dia teman kuliah, anaknya nyentrik, handsome, sebagian
temannya memanggil dia Ahong, mungkin karna matanya sipit dan berkulit putih.
Tapi aku tidak tega memanggil dia Ahong, karna mengasosiasikan pada satu etnis
tertentu, aku takut di bilang rasis, aku lebih suka memanggil dia Sofi, ya
brother Sofi, dia lahir di Jakarta. Tapi besar di Pontianak.
Dengan merk sepatu dan tas gendong berbentuk
ransel dari brand terkenal, dia terlihat sangat staillis. Hobinya membaca buku,
buku-buku terkenal dari penulis sohor dari luar negeri mau pun dalam negeri,
tapi kebanyakan buku filsafat dan sastra yang biasanya dia bawa, pernah suatu
hari dia memperlihatkan satu buku, yang waktu itu sedang booming dikalangan
mahasiswa, buku bersampul merah, kalau tidak salah judulnya Das Kapital Karya
Karl Marx, aku aku sempat memegang buku itu, tapi dalam pikiran ku buku setebal
itu mana mungkin aku baca, aku hanya membolak balik buku itu, pernah aku dengar
buku itu di larang oleh pemerintah yang berkuasa waktu itu. Karna katanya
isinya menyerempet pada satu faham yang bertentangan dengan pemerintah waktu
itu, ya buku sosialis dan komunis, seperti buku madilognya Tan Malaka, katanya buku yang bersampul merah
yang tak kuasa aku membacanya, bukan apa-apa, aku tidak biasa membaca buku
setebal itu. Seperti biasa, buku
Madilog karya Tan Malaka itu hanya ku bolak-balik tanpa aku membacanya.
Dengan motor vespa mini nya. Kawan karib ku
itu menjalankan semua aktivitas kamus dan kegiatan di luar kampus. Dengan motor
vespa tua yang zaman itu tidak sepopuler sekarang, nampak dia begitu serasi,
dengan badannya yang ramping, tidak sepertiku yang sedikit bongsor.
Vespa mini berwarna hitam, tunggangan karib ku
mungkin vespa keluaran tahun 1992 atau keluaran 1994, entahlah aku kurang faham
dengan motor vespa.
Pernah suatu hari aku diboncengnya dengan
motor itu ke kota baru, ya perumahan pinggir kota, yang tidak jauh jaraknya
dari kota Pontianak.
Sampai di kota baru di komplek perumahan
purnama kota baru. Motor Vespa itu melambat seingat ku motor vespa belok kanan
dari jalan raya, menuju komplek perumahan kota baru, rumah yang berderet di
sanah nampaknya tidak terlalu besar mungkin tipe 32 atau 36, yang pasti
rumah-disitu tidak terlalu besar, terlihat dari luar rumah. mungkin aku akan di
ajak ke rumah karib dalam benak ku.
Rumah itu hanya memiliki satu kamar tidur,
entahlah. Cuma terlihat dari luar. Tiba-tiba motor vespa yang aku tunggangi itu
terasa melambat dan terhenti tepat di depan satu rumah yang tidak terlalu
besar, mungkin ini rumah teman karib yang kupanggil brother Sofi. Karena aku baru
pertama di ajaknya ke perumahan itu.
Biasanya kami bertemu di kampus dan bercerita
bersama, di bawah pohon gayam yang rindang di depan kampus itu.
Belum juga aku turun dari motor vespa tua itu,
tiba-tiba, ada yang memanggilku dari belakang, Abang!!! Aku menoleh dan ternya
yang memanggilku dari belakang adalah Abdul teman kuliah satu tingkat dibawah
aku di kampus, cuma berbeda jurusan. Dia Fakultas Ekonomi, yang sering
menghampiri ku, ketika aku berada di mushola kampus, untuk shalat Dzuhur berjama'ah.
Rupanya rumah karib ku itu tidak jauh dari
teman ku bernama Abdul.
Ku panggil brother Sofi, karena dia satu
tingkat diatas ku, dia anak angkatan tahun 1997, tapi pada Fakultas yang sama
dengan ku.
Setelah aku mengobrol sebentar dengan teman ku
yang bernama Abdul itu, dengan tanpa ragu, aku masuk ke dalam rumah yang tidak
terlalu besar itu.
Begitu aku masuk sempat terkaget, dengan buku-
buku berderet rapi, pada rak buku yang terlihat sederhana, terbuat dari kayu.
Seperti biasa, jiwa ingin tahu ku meronta, apa
koleksi buku yang teman karib ku punya?
Perlahan jemari- jemari tangan ku mengusik
keberadaan buku itu. Ku ambil satu buku tebal bersampul hitam ku baca judulnya,
"Metode menjemput maut'. Sambil membolak balik buku tebal bersampul hitam
itu, aku bergumam dalam benakku, buku apa lagi ini brother....??
***